Di belakang galley, ada ruangan kecil tempat staf senior presiden seperti White House Chief of Staff dan National Security Advisor bisa melakukan rapat pribadi dengan presiden. Di dalam ruang kerja ini, presiden bisa bekerja sendiri, dan staf yang dipanggil bisa duduk di sofa panjang yang tersedia di dalamnya. Di belakangnya, terdapat satu ruangan yang dibuat sangat kedap udara karena di sinilah letak main conference room. Di ruangan yang didominasi unsur furnitur kayu ini, terdapat meja panjang yang dikelilingi kursi rapat serta masih dikelilingi lagi oleh sofa. Fungsinya sama seperti situation room di Gedung Putih, tempat presiden bisa melakukan rapat dengan seluruh pejabat tinggi Gedung Putih, membicarakan berbagai krisis dan segala situasi yang dirasa urgen.
Ruangan ini dilengkapi telepon satelit dan jalur telepon antisadap yang bisa menghubungi nomor telepon mana pun di seluruh dunia, termasuk awak kapal selam nuklir AL AS dan bahkan para astronot NASA yang sedang bertugas di orbit Bumi. Ruang ini juga bisa menerima siaran langsung data video yang dikirim dari mana pun di seluruh dunia, termasuk dari berbagai kedubes AS. Di sini pula biasanya presiden menyedakan makan malam bersama dengan para penasihatnya.
Tepat di belakang main conference room, ada ruang kerja bagi para staf Gedung Putih. Tersedia konektivitas broadband sehingga para staf bisa mengirimkan e-mail dan mencari data yang mereka butuhkan atau yang diminta presiden. Di belakangnya ada pula cubicle kecil tempat ruang rapat bila diperlukan. Tepat di belakang mereka, terdapat satu ruangan besar sehingga koridor pun berakhir di sini. Di bagian paling belakang, terdapat ruangan tempat duduk bagi korps pers yang diizinkan ikut melawat bersama presiden.
Awak pers naik dari airstair belakang. Naik tangga langsung menuju ruangan ini. Terdapat 20 kursi dengan konfigurasi 2-2 yang bisa diselonjorkan agar para wartawan merasa nyaman selama perjalanan. Sesuai hukum dalam AF I, penumpang penerima clearance boleh bergerak ke ruang di belakangnya, ke samping kiri-kanan, namun tidak boleh bergerak ke ruang di depannya. Oleh karena itu, agar wartawan tidak nyelonong masuk ke ruang para staf Gedung Putih di depannya, dibuatlah ruang security section yang berisikan Air Force One Security Details, yang personelnya diambil dari prajurit AU AS, dipimpin Chief of AR Security Details.
Naik ke dek ketiga yang hanya bisa diakses lewat satu tangga di depan ruang staf senior, terletak otak komunikasi dan pengendalian Air Force One. Ruangan ini tergolong off limit bagi sebagian besar penumpang Air Force One karena kesensitifan peralatannya. Dari tangga naik, kita langsung bertemu ruang communications center yang mengurus segala sistem komunikasi dan sinyal, bahkan juga pengoperasian radar. Di dalamnya terdapat segala perangkat komunikasi yang mengatur hubungan 87 sambungan telepon di dalam Air Force One.
Terdapat dua kategori telepon di dalam AF l. Putih untuk telepon pribadi, coklat untuk komunikasi aman yang dienkripsi datanya. Bagi presiden, tersedia telepon satelit Cisco systems berwarna abu-abu yang dilengkapi caller-ID, yang jenisnya sebenarnya tak berbeda jauh dengan telepon Cisco yang terpasang di banyak kantor di Indonesia. Para operator bisa melihat dari mana telepon masuk melalui satu dari enam layar display multifungsi dengan antarmuka touchscreen. Ruang ini juga menyediakan sambungan broadband internet, dan siaran televisi satelit bagi keseluruhan AF1, dan tahu ke mana saja tiap individu mengirimkan datanya. Satu fungsi yang tidak diakui oleh AF1, juga adanya layar yang menampilkan data seperti milik ATC bandara. Di display tersebut ditampilkan data azimut, arah, kecepatan, dan ketinggian segala obyek terbang yang ada di sekitar Air Force One.
Bergerak ke depan, kita tidak akan langsung berhadapan dengan kokpit, tetapi harus melewati lounge yang berisi tempat duduk dan meja. Di sini kapten pilot bisa mempelajari rute sebelum terbang, melihat data intelijen yang tersedia, atau mendiskusikan berbagai hal dengan kopilot, F/E, dan navigator sebagai taklimat pribadi sebelum terbang. Atau sebagai tempat beristirahat apabila mengalami kelelahan dalam penerbangan jarak jauh. Begitu kita bergerak lagi ke depan, sampailah kita ke kokpit Air Force One.
Berbeda dengan kebanyakan maskapai penerbangan yang menggunakan pesawat modern dengan sistem glass cockpit, Anda mungkin akan terkejut melihat setting-an klasik kru Air Force One. Ada pilot, kopilot, navigator, dan flight engineer. AF1 menerapkan sistem dual captaincy. Baik pilot maupun kopilot sebenarnya memiliki rating dan kualifikasi menerbangkan VC-25 dengan sama baiknya. Keterkejutan juga akan muncul saat melihat panel instrumennya, karena semua dibiarkan menggunakan teknologi analog.
Pakem ini dipilih karena instrumen analog dipercaya lebih resisten terhadap serangan gelombang electromagnetic pulse (EMP) yang muncul dalam event serangan nuklir dibanding panel digital. Panel digital barn tampak pada konsol tambahan bagi navigator, tepat di belakang kursi pilot, yang tidak ada pada pesawat komersial. Tugasnya sama seperti navigator lainnya, memberikan rute arah, kondisi di sekitar pesawat seperti arah angin dan cuaca bagi pilot. Yang tampak di konsolnya adalah horizon artifisial, peta bintang, dan dua layar radar. Satu jelas merupakan radar cuaca, sementara yang satu lagi tampak seperti radar tempur untuk mendeteksi obyek di sekitar Air Force One. Dengan segala kecanggihan yang dimiliki, pesawat ini mampu menembus cuaca buruk.
sumber:
kompas:http://internasional.kompas.com/read/2010/11/09/16383815/Air.Force.One..The.Flying.White.House.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar